DAFTAR SPESIFIKASI
Subyek: Matematika
Tahun / Semester: VII / 1
Uji Type: Pilihan Ganda
Jumlah Item: 40 Item
Tahun Akademik: 2012-2013
Tidak
Standar Kompetensi Indikator Kompetensi Dasar No Topik / Item
1 Memahami sifat-sifat operasi aritmatika dan penggunaannya dalam pemecahan masalah 1.1. Menentukan estimasi hasil pengoperasian bilangan bulat dan pecahan untuk Estimasi nilai terdekat dari hasil operasi bilangan bulat dan pecahan
Mengingat jumlah bilangan bulat, siswa memperkirakan hasil dengan menggunakan metode cluster. 1
Mengingat operasi pecahan, siswa memperkirakan hasilnya dengan pembulatan ke bilangan bulat terdekat
2
1.2. Melakukan operasi aritmatika pada bilangan bulat dan pecahan Operasi Integer
Mengingat enam bilangan bulat dan operasi campuran, siswa menghitung nilai 3
Mengingat ekspresi aljabar termasuk aturan operasi dan nilai dari sebuah variabel dalam bilangan bulat, siswa menghitung nilai ekspresi aljabar
4
Eksponensial Mengingat bilangan bulat dengan eksponen, akar kuadrat, dan akar pangkat tiga di operasi, siswa menentukan hasil dari operasi
5
Mengingat beberapa fraksi fraksi, siswa memesan fraksi ascendingly.
6
Fraksi Operasi Siswa menghitung operasi desimal menggunakan sifat operasi.
7
Mengingat ekspresi aljabar dan nilai variabel dalam pecahan, siswa menghitung nilai ekspresi aljabar dengan substitusi.
8
1.3. Menggunakan sifat-sifat operasi pada bilangan bulat dan pecahan dalam pemecahan masalah
Bilangan bulat Mengingat masalah tentang operasi bilangan bulat, siswa memecahkan masalah. 9
Fraksi Mengingat masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan, siswa menghitung bagian yang diberikan.
10
Notasi ilmiah Mengingat masalah kehidupan sehari-hari di bidang ilmu pengetahuan, siswa mengubahnya menjadi notasi ilmiah.
11
2
Memahami ekspresi aljabar, persamaan linear dan ketidaksetaraan dalam satu variabel.
2.1. Mengenali ekspresi aljabar dan unsur-unsur mereka
Ekspresi aljabar Mengingat ekspresi verbal, siswa mengungkapkan hal itu dalam sebuah ekspresi aljabar.
12
Mengingat ekspresi aljabar, siswa mengidentifikasi istilah seperti.
13
Mengingat ekspresi aljabar, siswa menentukan istilah yang memiliki koefisien terkecil / terbesar.
14
2.2. Melaksanakan operasi ekspresi aljabar
Operasi ekspresi aljabar
Mengingat ekspresi aljabar, siswa menyederhanakan mereka dengan pengurangan antara dua kelompok ekspresi aljabar. 15
Siswa menentukan hasil dari perkalian binomial.
16
Mengingat dua ekspresi aljabar yang terdiri dari perkalian, siswa menyederhanakan mereka menggunakan sifat distributif.
17
Mengingat ekspresi aljabar, siswa menentukan GCF dan LCM dari dua ekspresi aljabar.
18
Operasi ekspresi pecahan aljabar
Mengingat pengurangan dua ekspresi fraksi aljabar, siswa menyederhanakan mereka. 19
Mengingat beberapa operasi pecahan aljabar, siswa menyederhanakan mereka.
20
2.3. Memecahkan persamaan linear satu variabel
LEOV Mengingat beberapa pernyataan, siswa memilih pernyataan yang Persamaan Linier Satu Peubah. 21
Mengingat LEOV, siswa menemukan solusinya.
22,23
Mengingat LEOV, siswa menentukan persamaan setara dengan LEOV.
24
2.4. Memecahkan pertidaksamaan linear dalam satu variabel.
LIOV Mengingat LIOV, siswa menemukan solusinya 25
Mengingat LIOV termasuk pecahan, siswa menentukan lain LIOV setara.
26
3
Menggunakan bentuk aljabar, LEOV, LIOV, dan proporsi dalam pemecahan masalah
3.1. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan ketidaksetaraan di salah satu variabel
Membuat model matematika di LEOV Mengingat masalah kehidupan sehari-hari, siswa mengubahnya menjadi LEOV. 27
Mengingat masalah kehidupan sehari-hari, siswa mengubahnya menjadi LIOV.
28
3.2. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan ketidaksetaraan di salah satu variabel
Problem Solving di LEOV Mengingat masalah yang berkaitan dengan LEOV, siswa memecahkan masalah. 29
Problem Solving di LIOV
Siswa memecahkan ketimpangan 30
3.3. Menggunakan ekspresi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan aritmatika aritmatika sosial Sosial
Mengingat harga beli dan harga jual, siswa menentukan laba atau rugi. 31
Mengingat harga beli dan harga jual, siswa menentukan persentase kerugian atau keuntungan.
32
Mengingat harga jual dan persentase dari kerugian atau keuntungan, siswa menentukan harga beli.
33
Mengingat cerita tentang harga asli dan persentase diskon, siswa menentukan harga total artikel dibeli
34
Mengingat harga beli dengan kotor dan persentase tare dan persentase laba, siswa menentukan harga jual.
35
Mengingat modal, jumlah setoran uang, persentase bunga per tahun, siswa menentukan waktu untuk deposit.
36
3.4. Menggunakan gambar skala gambar masalah Skala pemecahan
Mengingat skala pada peta dan jarak dua kota pada peta disalin, siswa menentukan jarak yang sebenarnya. 37
Siswa memecahkan masalah proporsi langsung.
38
Siswa memecahkan masalah invers proporsional.
39
Mengingat cerita tentang pekerjaan konstruksi dengan bulan-bulan tertentu dan pekerja, siswa menentukan pekerja tambahan yang diperlukan agar pekerjaan dapat selesai lebih cepat.
kisi kisi soal evakulasi siswa RSBI KELAS 7
04.03 |
Read User's Comments0
Kumo no Ito (蜘蛛の糸) jaring laba-laba
05.19 |
Bagi yang suka nonton/baca komik kuroshitsuji (black butler) pasti pernah denger cerpen ini walaupun cuma dari percakapannya Ciel. Yups cerpen ini memberikan pengaruh besar dalam komik tersebut. Bisa dikatakan kalau cerpen ini yang melatarbelakangi komik kuroshitsuji tersebut. Nah bagi yang belum pernah baca cerpen aslinya dan masih penasaran, ini dia. Selamat membaca :)
Penulis : Ryūnosuke Akutagawa (芥川 龍之介)
Lahir : Tokyo, 1 Maret 1892
Meninggal : Tokyo, 24 Juli 1927 pada umur 35 tahun
Merupakan penulis novel pendek dan cerpen. Pada tahun 1935, Kan Kikuchi mengabadikan namanya untuk hadiah sastra Penghargaan Akutagawa.
karya lain : Imogayu, Yabu no Naka (Dalam Belukar ), Jigokuhen, dan Haguruma, Rōnen ,Rashōmon, Hana , Imogayu , Tabako to Akuma , Gesakuzanmai, Jigokuhen , Jashūmon , Majutsu , Mikan , Nankin no Kirisuto ,Butōkai , Aki , Toshishun , Aguni no Kami, Yabu no Naka , Torokko , Uogashi , Hina , Sōseki Sambō no Fuyu , Hitokure no Tsuchi , Ababababa , Daidōji Shinsuke no Hansei , Genkakusambō , Shuju no Kotoba.
Kumo no Ito
Pada suatu hari Sang Budha tengah berjalan-jalan sendirian di tepi kolam teratai di taman surga. Bunga-bunga teratai bermekaran di kolam itu, berwarna putih bagaikan mutiara dengan putik-putik bunga keemasan dan benang-benang sari di tengah-tengahnya yang menebarkan aroma wangi memenuhi udara.Saat itu hari masih pagi di surga. Sejenak Sang Budha berdiri di tepi kolam, melalui celah terbuka di antara dedaunan yang menutupi permukaan air tiba-tiba terpampang di hadapannya sebuah pemandangan menakjubkan.
Karena neraka terhampar di bawah kolam teratai surga, sungai bercabang tiga yang menuju kegelapan abadi dan puncak Gunung Jarum dapat terlihat melalui kristal permukaan air kolam, bagaikan sebuah teropong.
Lalu sepasang mata Sang Budha tertumbuk pada seorang lelaki bernama Kandata yang tengah berada di dasar neraka bersama para pendosa lainnya. Kandata semasa hidupnya adalah seorang perampok kelas berat yang telah banyak berbuat kejahatan; membunuh, membakar rumah-rumah dan hanya memiliki sebiji saja perbuatan baik. Suatu kali saat dia berjalan di tengah hutan belantara dilihatnya seekor laba-laba sedang merayap di tepi jalan. Dengan cepat ia mengangkat kakinya bermaksud hendak menginjak makhluk tak berdaya itu sampai lumat, namun tiba-tiba ia berpikir, ” Ah, tidak, tidak. Sekecil ini pun dia memiliki nyawa. Alangkah memalukannya bila aku membunuhnya tanpa alasan,” dan dia pun membiarkan laba-laba itu tetap hidup.
Ketika memandang ke neraka, Sang Budha teringat bagaimana Kandata telah menyelamatkan nyawa seekor laba-laba. Dan sebagai balasan atas perbuatan baiknya itu, dia ingin membantunya keluar dari neraka. Untunglah, saat Sang Budha menatap sekelilingnya, tampak seekor laba-laba surga sedang membuat sebuah sarang indah keperak-perakan yang terbentang di antara dedaunan bunga teratai.
Sang Budha dengan tenang mengambil seutas jaring laba-laba dengan tangannya. Dijatuhkannya benang tipis itu ke dasar neraka yang terhampar di antara bunga-bunga teratai yang berwarna seputih mutiara.
Kandata tengah terpuruk di dasar neraka bersama para pendosa lainnya.
Di sana gelap gulita menyelimuti sekeliling. Kalau pun ada yang berkilau-kilau dalam kegelapan, kilau itu berasal dari kemilau puncak Gunung Jarum yang menakutkan. Kesunyian mencekam di mana-mana. Satu-satunya yang terdengar hanyalah rintihan samar para pendosa. Mereka telah mengalami siksaan hebat di neraka sehingga tak mampu lagi menjerit dengan suara nyaring. Perampok ulung itu, Kandata, terbenam dalam genangan darah, tak bisa berbuat apa-apa selain berjuang agar tak tenggelam di kolam itu seperti seekor kodok sekarat.
Namun, saatnya telah tiba. Hari ini, ketika Kandata mengangkat kepalanya secara kebetulan dan menatap langit di atas Kolam Darah, ia melihat seutas jaring laba-laba berwarna keperakan menjulur ke arahnya dari arah surga yang tinggi, berkilat-kilat dalam kegelapan yang sepi dan sunyi, seolah-olah menakut-nakuti mata manusia.
Saat dia melihat benda itu, Kandata bertepuk kegirangan. Jika dia bisa bergantung pada jaring itu dan memanjat setinggi mungkin, maka dia akan bisa membebaskan diri dari neraka. Dan jika semuanya berjalan lancar, dia bahkan bisa mencapai surga. Itu berarti dia akan terbebas dari Gunung Jarum dan Kolam Darah.
Secepat pikiran itu melintas di benaknya, diraihnya jaring itu dan digenggamnya erat-erat dengan kedua tangannya. Ia mulai memanjat dengan segenap kemampuannya. Bagi seorang mantan perampok ulung, pekerjaan semacam itu bukanlah hal asing baginya.
Namun, tak seorang pun tahu berapa jauh jarak antara neraka dan surga. Walaupun dia telah berusaha sekuat tenaga, tidak mudah baginya untuk meloloskan diri. Setelah memanjat selama beberapa waktu akhirnya dia merasa kelelahan dan tak mampu beranjak lebih tinggi lagi, biar hanya sesenti sekalipun.
Dia berhenti memanjat dan beristirahat, bergantung pada jaring itu seraya memandang jauh ke bawah. Setelah memanjat setinggi itu Kolam Darah tampak tersembunyi di balik kegelapan dan Gunung Jarum hanya berpendar samar di bawahnya. Jika dia bisa memanjat lebih tinggi lagi, dia pasti akan terbebas dari neraka.
Dengan tangan tergantung pada jaring laba-laba, Kandata tertawa dan berteriak nyaring untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya dia terpuruk di tempat itu. ” Aku berhasil!” pekiknya.
Namun, saat tiba-tiba dia memandang ke bawah jaring itu dilihatnya para pendosa lainnya berduyun-duyun memanjat penuh semangat mengikuti jejaknya, naik dan terus naik, bagaikan upacara para semut. Saat melihat hal itu, Kandata terbelalak sejenak dengan mulut ternganga.
Bagaimana mungkin seutas jaring laba-laba yang tipis dapat menahan beban seberat itu, sementara untuk menahan beban tubuhnya sendiri pun benda itu nyaris putus? Jika jaring itu sampai putus, maka dia akan terjatuh kembali ke dasar neraka setelah berusaha keras hingga sejauh itu.
Namun, sementara itu, ratusan bahkan ribuan pendosa merayap naik dari kegelapan Kolam Darah dan memanjat sekuat tenaga. Jika dia tak melakukan sesuatu dengan segera, jaring itu pasti akan putus, pikirnya. Maka, Kandata menghardik mereka dengan suara lantang.
” Hei, kalian para pendosa! Jaring laba-laba ini milikku. Siapa yang memberi izin kalian naik? Turun! Ayo, turun!”
Tepat pada saat itu, seutas jaring tipis itu, yang sejauh ini tak menunjukkan tanda-tanda akan putus, tiba-tiba terputus tepat di titik Kandata tengah bergantung. Tanpa sempat menjerit, dia meluncur deras ke arah kegelapan, terus melayang, berputar dan berputar kencang.
Setelah semuanya usai, hanya sisa jaring laba-laba surga itu saja yang tampak bergoyang-goyang, berkilat-kilat, tergantung di langit tak berawan.
Berdiri di tepi kolam teratai di taman surga, Sang Budha menatap dari dekat semua kejadian tadi. Saat Kandata terpelanting bagaikan sebongkah batu ke dasar Kolam Darah, dia meninggalkan tempat itu dan berjalan perlahan dengan mimik sedih.
Tak diragukan lagi, hati dingin Kandata yang hanya ingin cari selamat sendiri dan kejatuhan orang itu kembali ke neraka, menyedihkan hati Sang Budha. Namun, bunga-bunga teratai di kolam surga tak ambil peduli pada semua yang baru saja terjadi. Bunga-bunga putih bak mutiara itu bergoyang-goyang di dekat kaki Sang Budha. Saat mereka bergoyang perlahan, dari putik bunga berwarna keemasan di tengah-tengahnya, meruap aroma wangi memenuhi udara.
Saat itu hari telah menjelang siang di surga
"Setiap orang memiliki kesempatan untuk keluar dari kegelapan dengan memanjat benang laba-laba yang menuju ke permukaan. Namun saat mereka sampai diatasnya, bersiaplah menjadi makanan dari laba-laba tersebut. mereka dalam kegelapan mempunyai 2 pilihan : hidup selamanya dalam kegelapan atau keluar dari kegelapan menuju kematian"
Kepemimpinan
05.57 |
Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan
berasal dari kata pimpin yang berarti tuntun atau bimbing. Pemimpin berarti
orang yang memimpin atau orang yang menuntun. Lalu kepemimpinan sendiri
mempunyai makna yaitu seni atau cara untuk memberikan tununan kepada orang lain
sehingga orang tersebut melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan bersama. Kepemimpinan
mempunyai banyak istilah seperti Nitisastra dari kata Hindu, leader ship dari
kata bahasa inggris dan management dari kata ilmu administrasi. Nitisastra dari kata Hindu ini berarti
ajaran pemimpin. Atau dapat diartikan juga sebagai ilmu yang bertujuan untuk
membangun suatu negara baik dari segi pemerintahan, masyarakat maupun dari segi
tata negaranya.
Pemimpin mempunyai kewajiban untuk menata,
mengarahkan dan menggerakkan orang-orang untuk beraktifitas guna mewujudkan
kesejahteraan bagi, keselamatan dan kebahagiaan bagi orang-orang yang
dipimpinnya. Untuk menjadi seorang
pemimpin, seseorang harus memiliki kelebihan dibanding orang-orang yang
dipimpinnya. Kelebihan yang dimaksud antara lain :
1.
Kelebihan dalam mempergunakan rasio atau pikiran
2.
Kelebihan dalam bidang kerohanian
3.
Kelebihan dalam bidang jasmani
Syarat menjadi pemimpin :
1.
Intelegensi adalah kemampuan dalam mengatasi
situasi baru, mengobservasi pengetahuan dan mengambil keputusan secara tepat
dan cepat.
2.
Karekter adalah sifat-sifat kepribadian yang
berhubungan dengan nilai-nilai yang meliputi cara pandang seseorang. Gejala ini
dapat dilihat dari kesungguhan, kejujuran dan kepercayaan
3.
Kesiapsiagaan adalah keadaan dimana seseorang
selalu waspada pada setiap kemungkinan yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan
memelihara fisik dan mempetinggi kesadaran mental.
4.
Jujur atau satya adalah kesetiaan. Kesetiaan dalam
Agama Hindu disebut dengan Panca Satya. Bagian-bagiannya
yaitu :
§ Satya hradaya
adalah jujur terhadap diri sendiri/pikiran
§ Satya wacana
adalah jujur tehhadap ucapan atau perkataan
§ Satya semaya adalah
setia terhadap janji
§ Satya mitra
adalah setia terhadap sahabat
§ Satya laksana
adalah jujur dalam perbuatan atau tindakan
Tujuan
Kepemimpinan Hindu
Kepemimpinan Hindu bertujuan agar seorang pemimpin dapat menghantarkan kelompok, masyarakat atau negara yang dipimpinnya
mencapai keadaan bahagia
lahir dan batin. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut maka konsep Catur Purusha Artha menjadi landasan. Catur Purushartha
yaitu empat tujuan hidup manusia yang utama yaitu ; Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Pengertiannya
adalah bahwa dalam mencapai tujuan tertinggi yaitu moksa, harus diawali dengan menjalankan Dharma. Berlandaskan
Dharma kemudian mencari artha ( materi ). Artha yang
diperoleh berdasarkan dharma digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup ( kama). Selanjutnya
kebutuhan hidup yang utama harus dicapai adalah moksa / kebahagiaan. Jadi sangatlah keliru jika harta yang telah diperoleh
dengan Dharma hanya
digunakan untuk memenuhi keinginan
( kama ) di luar hukum dharma.
Fungsi kepemimpinan
Hindu :
Seorang pemimpin
hendaknya dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesua dengan wewenangnya. Wewenang
seorang pemimpin adalah haknya untuk menggerakkan orang-orang untuk mau
mengikuti dan melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkannya. Tugas adalah
kewajiban yang harus dilaksanakan. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan
tugas dan wewenang seorang pemimpin yang dilaksanakan dalam kepemimpinannya,
yaitu :
1. Planning atau perencanaan
Planning adalah suatu
pemikiran, perencanaa, persiapan, keputusan, dan penerapan yang dilakukan
sebagai suatu kegiatan dari seorang pemimpin.
2. Organisation atau pengelompokkan
Organisation adalah
usaha untuk mengelompokkan atau menata kegiatan-kegiatan yang telah dicantumkan
dalam perencanaan.
3. Directing
Directng adalah
mengusahakan agar rencana pekerjaan itu dapat dilaksanakan. Pemimpin harus
mendengarkan masukan dari bawahannya agar mendapatkan hasil yang baik. Pola ini
dinamakan Leadership type dari directing atau disebut juga Prinsip Consult.
4. Coordination
Coordination adalah
tindakan untuk memperoleh dan memelihara kesatuan diantara perorangan atau
bagian karena usaha yang satu secara konstan meruppakan bagian atau pelengkap
dari usaha-usaha lainnya.
5. Controlling
Controlling adalah pengawasan terhadap
rencana yang telah dilaksanakan oleh pemimpin untuk memperoleh keyakinan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah rencana yang dilaksanakan telah sesuai
pelaksanaanya atau jika tidak, langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasinya.
Asas-asas Kepemimpinan
Hindu :
1.
Panca Dasa Pramiteng Prabu
Kata Panca Dasa
Pramiteng Prabu terdiri dari kata panca yang artinya lima, Dasa artinya
sepuluh, Pramiteng artinya sifat yang utama, Prabhu artnya pemimpin atau raja.
Panca Dasa Pramiteng Prabu mempunyai makna lima belas macam sifat utama yang
patut dipedomi dan dilaksanakan oleh setiap pemimpin dalam memimpin
masyarakat/bangsa dan negaranya. Sifat-sifat
utama pemimpin yang patut dipedomi oleh setiap pemimpin Hindu antara lain
sebagai berikut :
a.
Wijaya,
artinya berlaku bijaksana dan penuh hikmat dalam menghadapi masalah yang sangat
penting.
b.
Mantriwira,
artinya bersifat pemberani dalam membela negara.
c.
Wicaksanengnaya,
artinya sangat bijaksana dalam memimpin.
d.
Natanggwan,
artinya mendapat kepercayaan dari rakyat dan negara.
e.
Satyabhakti
aprabhu, artinya selalu setia dan taat pada atasan.
f.
Wakmiwak,
artinya pandai berbicara baik di depan umum maupun berdiplomasi.
g.
Sarjawaupasawa,
artinya bersifat sabar dan rendah diri.
h.
Dhirotsaha,
artinya bersifat teguh hati dalam segala usaha.
i.
Teulelana, artinya
bersifat teguh iman, selalu riang atau optimis dan antusias.
j.
Dibyacita,
artinya bersifat lapang dada atau toleransi dapat menghargai pendapat orang
lain.
k.
Tansatresna,
artinya tidak terikat pada kepentingan golongan atau pribadi yang bertentangan
dengan kepentingan umum.
l.
Masihsatresna
Bhuana, artinya bersifat menyayangi isi alam.
m.
Ginengpratidina,
artinya setiap hari berusaha berbuat baik dan berusaha tidak mengulangi
perbuatan-perbuata buruk.
n.
Sumantri,
artinya bersifat menjadi abdi negara dan penasihat yang baik.
o.
Anayakenmusuh,
artinya mampu membersihkan musuh-musuh negara.
2.
Sad
Warnaning Raja Niti
Menurut teori Hindu Kuno yang terdapat dalam kitab "Subtance of Hindu Polity" yang disusun oleh Chandra Prakash Bhambari menyebutkan 6 syarat seorang Swamim atau raja yang dapat kita beri istilah atau nama : Sad Warnaning Rajaniti atau Sad Sasana yaitu 6 (enam) sifat utama dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang Raja yaitu :
a. Abhicanika, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu menarik perhatian positif rakyatnya.
b. Prajna, artinya seorang pemimpin atau raja harus bijaksana.
c. Utsaha, artinya seorang pemimpin atau raja harus memiliki daya kreatif yang benar.
d. Atma Sampad , yaitu seorang pemimpin harus bermoral yang luhur.
e. Sakya Samanta , artinya seorang pemimpin atau raja harus mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
f. Aksudra Parisatka, artinya seorang pemimpin atau raja harus mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
Menurut teori Hindu Kuno yang terdapat dalam kitab "Subtance of Hindu Polity" yang disusun oleh Chandra Prakash Bhambari menyebutkan 6 syarat seorang Swamim atau raja yang dapat kita beri istilah atau nama : Sad Warnaning Rajaniti atau Sad Sasana yaitu 6 (enam) sifat utama dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang Raja yaitu :
a. Abhicanika, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu menarik perhatian positif rakyatnya.
b. Prajna, artinya seorang pemimpin atau raja harus bijaksana.
c. Utsaha, artinya seorang pemimpin atau raja harus memiliki daya kreatif yang benar.
d. Atma Sampad , yaitu seorang pemimpin harus bermoral yang luhur.
e. Sakya Samanta , artinya seorang pemimpin atau raja harus mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
f. Aksudra Parisatka, artinya seorang pemimpin atau raja harus mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
3. Panca Upaya Sandhi
Panca Upaya Sandhi adalah lima macam upaya yang harus dimiliki dan dilakukan seorang pemimpin dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang menjadi tanggung-jawabnya atau dalam menghadapi kendala/musuh negara. Ajaran ini terdapat dalam prasasti Siwa Budhagama Tattwa yang memuat sebagai berikut :
a. Maya
Artinya seorang pemimpin harus melakukan upaya dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang belum jelas faktanya sehingga didapat informasi yang akurat (hal ini dapat lewat telik sandhi atau intelejen).
b. Upeksa
Artinya seorang pemimpin harus berusaha untuk meneliti dan menganalisa secara mendalam semua data-data/informasi yang diperoleh guna dapat memecahkan masalah secara proporsional dan menarik kesimpulan yang obyektif.
c. Indra Jala
Artinya seorang pemimpin hendaknya senantiasa berusaha untuk mencari jalan keluar/ pemecahan terhadap setiap permasalahan yang dihadapi secara maksimal dan berpihak kepada kepentingan rakyat.
d. Wikrama
Artinya seorang pemimpin hendaknya berupaya untuk melaksanakan semua usaha yang telah diprogramkan/dirumuskan untuk mencapai tujuan, yakni kesejahteraan lahir bathin.
e. Logika
Artinya setia tindakan dan ucapan seorang pemimpin harus dipertimbangkan sebelumnya secara akal sehat, ilmiah dan logis serta tidak boleh bertindak/berucap berdasarkan emosi semata.
Panca Upaya Sandhi adalah lima macam upaya yang harus dimiliki dan dilakukan seorang pemimpin dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang menjadi tanggung-jawabnya atau dalam menghadapi kendala/musuh negara. Ajaran ini terdapat dalam prasasti Siwa Budhagama Tattwa yang memuat sebagai berikut :
a. Maya
Artinya seorang pemimpin harus melakukan upaya dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang belum jelas faktanya sehingga didapat informasi yang akurat (hal ini dapat lewat telik sandhi atau intelejen).
b. Upeksa
Artinya seorang pemimpin harus berusaha untuk meneliti dan menganalisa secara mendalam semua data-data/informasi yang diperoleh guna dapat memecahkan masalah secara proporsional dan menarik kesimpulan yang obyektif.
c. Indra Jala
Artinya seorang pemimpin hendaknya senantiasa berusaha untuk mencari jalan keluar/ pemecahan terhadap setiap permasalahan yang dihadapi secara maksimal dan berpihak kepada kepentingan rakyat.
d. Wikrama
Artinya seorang pemimpin hendaknya berupaya untuk melaksanakan semua usaha yang telah diprogramkan/dirumuskan untuk mencapai tujuan, yakni kesejahteraan lahir bathin.
e. Logika
Artinya setia tindakan dan ucapan seorang pemimpin harus dipertimbangkan sebelumnya secara akal sehat, ilmiah dan logis serta tidak boleh bertindak/berucap berdasarkan emosi semata.
4.
Nawa
Natya
Raja atau pimpinan harus memiliki suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini diumpamakan bagaikan memilih segunung bibit bunga yang akan ditanam dalam sebuah taman. Hendaknyalah dipilih bunga yang harum baunya, indah warnanya, yang tidak cepat layu serta mempunyai manfaat yang utama, memberikan kepuasan bagi yang melihat dan memakainya. Demikianlah seorang pemimpin dalam memilih pembantu-pembantunya hendaknya seperti memilih segunung bibit bunga tadi.
Adapun orang-orang yang patut dipilih sebagai pimpinan dan pembantu pimpinan adalah orang yang memenuhi 9 ketentuan yang disebut Nawa Natya yaitu sebagai berikut :
a. Pradnya Nidagda, yaitu bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu sehingga dengan demikian akan menjadi orang yang bijaksana serta teguh dalam pendiriannya.
b. Wira Sarwa Yudha, yaitu pemberani, pantang menyerah dalam segala peperangan atau pantang menyerah, dalam menghadapi berbagai tantangan.
c. Pramartha, yaitu memiliki sifat yang mulia dan luhur.
d. Dhirotsaha, yaitu tekun dan ulet dalam mensukseskan setiap pekerjaan.
e. Pragivakya, yaitu pandai berbicara di depan umum maupun berdiplomasi.
f. Sama Upaya, yaitu selalu setia pada janji yang pernah diucapkan.
g. Laghawangartha, yaitu tidak bersifat pamrih atau loba terhadap harta benda.
h. Wruh Ring Sarwa Bastra, yaitu pintar dan bijaksana dalam mengatasi segala kerusuhan yang terjadi.
i. Wiweka, yaitu dapat membeda-bedakan mana yang salah dan mana yang benar.
Raja atau pimpinan harus memiliki suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini diumpamakan bagaikan memilih segunung bibit bunga yang akan ditanam dalam sebuah taman. Hendaknyalah dipilih bunga yang harum baunya, indah warnanya, yang tidak cepat layu serta mempunyai manfaat yang utama, memberikan kepuasan bagi yang melihat dan memakainya. Demikianlah seorang pemimpin dalam memilih pembantu-pembantunya hendaknya seperti memilih segunung bibit bunga tadi.
Adapun orang-orang yang patut dipilih sebagai pimpinan dan pembantu pimpinan adalah orang yang memenuhi 9 ketentuan yang disebut Nawa Natya yaitu sebagai berikut :
a. Pradnya Nidagda, yaitu bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu sehingga dengan demikian akan menjadi orang yang bijaksana serta teguh dalam pendiriannya.
b. Wira Sarwa Yudha, yaitu pemberani, pantang menyerah dalam segala peperangan atau pantang menyerah, dalam menghadapi berbagai tantangan.
c. Pramartha, yaitu memiliki sifat yang mulia dan luhur.
d. Dhirotsaha, yaitu tekun dan ulet dalam mensukseskan setiap pekerjaan.
e. Pragivakya, yaitu pandai berbicara di depan umum maupun berdiplomasi.
f. Sama Upaya, yaitu selalu setia pada janji yang pernah diucapkan.
g. Laghawangartha, yaitu tidak bersifat pamrih atau loba terhadap harta benda.
h. Wruh Ring Sarwa Bastra, yaitu pintar dan bijaksana dalam mengatasi segala kerusuhan yang terjadi.
i. Wiweka, yaitu dapat membeda-bedakan mana yang salah dan mana yang benar.
Sifat Kepemimpinan Hindu :
Seorang
pemimpin hendaknya bagaikan sekeping mata uang dengan kedua sisinya agar dapat
melengkapi satu sama lain sehingga berguna. Sifat dan sikap yang dimiliki oleh
pemimpin dapat disempurnakan dengan mendalami, mempedomani, dan mengamalkan
ajaran agama serta berbagai ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Prof. Arifin Abdul Rachman dalam
bukunya berjudul “Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum” menyebutkan bahwa
terdapat tiga golongan sifat-sifat para pemimpin, antara lain sebagai berikut :
1. Sifat-sifat pokok, yaitu sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap
pemimpin, antara lain adil, suka melindungi/mengayomi, penuh inisiatif, penuh
daya tarik dan penuh percaya diri.
2. Sifat-sifat khususkarena pengaruh tempat, yaitu sifat-sifat yang pada
pokoknya sesuai dengan kepribadian bangsa, seperti Bangsa Indonesia dengan
Pancasila sebagai kepribadiannya, sebagai dasar Negara dan cita-cita bangsa.
3. Sifat-sifat khusus karena pengaruh dari berbagai macam atau golongan
pemimpin seperti pemimpin partai politik, pemimpin keagamaan, pemimpin serikat
buruh, dan sebagainya.
Menurut
pandangan Hindu, suksesnya pemimpin dalam memimpin masyarakat bila yang
bersangutan memliki sifat dan sikap sebagaimana diuraikan dalam sumber-sumber
ajaran berikut ini :
1. Kitab Ramayana
Dalam kitab ini disebutkan delapan landasan mental/moral bagi seorang
pemimpin atau istilahnya Asta Bratha. Ajaran
ini menjelaskan bahwa yang selalu membasmi musuh itu adalah agni bratha,
semangat membasmi musuh itu sebagai kobarannya, setiap musuh yang akan
dihadapinya hancur berantakan, yang demikian itulah bratanya Sang Hyang Agni. Sang Hyang Indra, Yama, Surya,
Candra, dan Bayu. Sang Hyang Kwera, Waruna, dan Agni itu semuanya delapan. Semua
beliau itu menjadi Sang Pemimpin (Raja). Oleh karena itu beliau harus memuja
Asta Bratha. Ajaran Asta Bratha ini juga termuat dalam kitab hukum Hindu yang
disebut Manavadharmasastra
2. Lontar “Raja Pati Gondala”
Menjelaskan bahwa pemimpin hendaknya bersifat penuh sahabat. Hal ini
disebut dengan istilah Upaya Guna. 6 sifat bersahabat bagi seorang pemmpin
disebut dengan Sad Upaya Guna. Selanjutnya,
lontar tersebut juga menyebutkan bahwa pemimpin harus memiliki 3 upaya untuk
menghubungkan dirinya dengan masyarakat yang dipimpinnya yang disebut dengan Tri Upaya Sandhi . disamping itu ada
sepuluh macam hal yang patut dijadikan sahabat oleh seorang pemimpin, yaitu :
1. Satya, artinya kejujuran.
2. Arya, artinya orang besar.
3. Dharma, artinya kebajikan.
4. Asurya, artinya orang yang dapat mengalahkan musuh.
5. Mantra, artinya orang yang dapat mmengalahkan kesusahan.
6. Salyatawan, artinya orang yang banyak sahabatnya.
7. Bali, artinya orang yang kuat dan sakti.
8. Kaparamarthan, artinya kerohanian.
9. Kadiran, orang yang tetap pendiriannya.
10. Guna, artinya orang yang banyak ilmu/pandai.
Kesimpulan :
Kepemimpinan adalah ajaran yang
membuat pemimpin layak untuk memimpin dan berisi tentang hal-hal yang harus
dimiliki, yang harus di amalkan dan yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin.
Seorang pemimpin harus mengerti tujuan, manfaat, asas, dan sifat kepemimpinan
Hindu agar dia dapat menjadi pemimpin yang layak yang mampu membawa rakyatnya pada kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kedamaian.
Langganan:
Postingan (Atom)