Nah, untu kalian yang bingung tenetang materi yang ini, don't worry. gampang kok . Generic structure dari Hortatory Exposition in yaitu :
1. Thesis
2. Argument
3. Recommendation
The purpose is to persuade the readers/listeners that should be or should not be the case
This is the example of the text :
Reading Hortatory Exposition
kisi kisi soal evakulasi siswa RSBI KELAS 7
DAFTAR SPESIFIKASI
Subyek: Matematika
Tahun / Semester: VII / 1
Uji Type: Pilihan Ganda
Jumlah Item: 40 Item
Tahun Akademik: 2012-2013
Tidak
Standar Kompetensi Indikator Kompetensi Dasar No Topik / Item
1 Memahami sifat-sifat operasi aritmatika dan penggunaannya dalam pemecahan masalah 1.1. Menentukan estimasi hasil pengoperasian bilangan bulat dan pecahan untuk Estimasi nilai terdekat dari hasil operasi bilangan bulat dan pecahan
Mengingat jumlah bilangan bulat, siswa memperkirakan hasil dengan menggunakan metode cluster. 1
Mengingat operasi pecahan, siswa memperkirakan hasilnya dengan pembulatan ke bilangan bulat terdekat
2
1.2. Melakukan operasi aritmatika pada bilangan bulat dan pecahan Operasi Integer
Mengingat enam bilangan bulat dan operasi campuran, siswa menghitung nilai 3
Mengingat ekspresi aljabar termasuk aturan operasi dan nilai dari sebuah variabel dalam bilangan bulat, siswa menghitung nilai ekspresi aljabar
4
Eksponensial Mengingat bilangan bulat dengan eksponen, akar kuadrat, dan akar pangkat tiga di operasi, siswa menentukan hasil dari operasi
5
Mengingat beberapa fraksi fraksi, siswa memesan fraksi ascendingly.
6
Fraksi Operasi Siswa menghitung operasi desimal menggunakan sifat operasi.
7
Mengingat ekspresi aljabar dan nilai variabel dalam pecahan, siswa menghitung nilai ekspresi aljabar dengan substitusi.
8
1.3. Menggunakan sifat-sifat operasi pada bilangan bulat dan pecahan dalam pemecahan masalah
Bilangan bulat Mengingat masalah tentang operasi bilangan bulat, siswa memecahkan masalah. 9
Fraksi Mengingat masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan, siswa menghitung bagian yang diberikan.
10
Notasi ilmiah Mengingat masalah kehidupan sehari-hari di bidang ilmu pengetahuan, siswa mengubahnya menjadi notasi ilmiah.
11
2
Memahami ekspresi aljabar, persamaan linear dan ketidaksetaraan dalam satu variabel.
2.1. Mengenali ekspresi aljabar dan unsur-unsur mereka
Ekspresi aljabar Mengingat ekspresi verbal, siswa mengungkapkan hal itu dalam sebuah ekspresi aljabar.
12
Mengingat ekspresi aljabar, siswa mengidentifikasi istilah seperti.
13
Mengingat ekspresi aljabar, siswa menentukan istilah yang memiliki koefisien terkecil / terbesar.
14
2.2. Melaksanakan operasi ekspresi aljabar
Operasi ekspresi aljabar
Mengingat ekspresi aljabar, siswa menyederhanakan mereka dengan pengurangan antara dua kelompok ekspresi aljabar. 15
Siswa menentukan hasil dari perkalian binomial.
16
Mengingat dua ekspresi aljabar yang terdiri dari perkalian, siswa menyederhanakan mereka menggunakan sifat distributif.
17
Mengingat ekspresi aljabar, siswa menentukan GCF dan LCM dari dua ekspresi aljabar.
18
Operasi ekspresi pecahan aljabar
Mengingat pengurangan dua ekspresi fraksi aljabar, siswa menyederhanakan mereka. 19
Mengingat beberapa operasi pecahan aljabar, siswa menyederhanakan mereka.
20
2.3. Memecahkan persamaan linear satu variabel
LEOV Mengingat beberapa pernyataan, siswa memilih pernyataan yang Persamaan Linier Satu Peubah. 21
Mengingat LEOV, siswa menemukan solusinya.
22,23
Mengingat LEOV, siswa menentukan persamaan setara dengan LEOV.
24
2.4. Memecahkan pertidaksamaan linear dalam satu variabel.
LIOV Mengingat LIOV, siswa menemukan solusinya 25
Mengingat LIOV termasuk pecahan, siswa menentukan lain LIOV setara.
26
3
Menggunakan bentuk aljabar, LEOV, LIOV, dan proporsi dalam pemecahan masalah
3.1. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan ketidaksetaraan di salah satu variabel
Membuat model matematika di LEOV Mengingat masalah kehidupan sehari-hari, siswa mengubahnya menjadi LEOV. 27
Mengingat masalah kehidupan sehari-hari, siswa mengubahnya menjadi LIOV.
28
3.2. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan ketidaksetaraan di salah satu variabel
Problem Solving di LEOV Mengingat masalah yang berkaitan dengan LEOV, siswa memecahkan masalah. 29
Problem Solving di LIOV
Siswa memecahkan ketimpangan 30
3.3. Menggunakan ekspresi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan aritmatika aritmatika sosial Sosial
Mengingat harga beli dan harga jual, siswa menentukan laba atau rugi. 31
Mengingat harga beli dan harga jual, siswa menentukan persentase kerugian atau keuntungan.
32
Mengingat harga jual dan persentase dari kerugian atau keuntungan, siswa menentukan harga beli.
33
Mengingat cerita tentang harga asli dan persentase diskon, siswa menentukan harga total artikel dibeli
34
Mengingat harga beli dengan kotor dan persentase tare dan persentase laba, siswa menentukan harga jual.
35
Mengingat modal, jumlah setoran uang, persentase bunga per tahun, siswa menentukan waktu untuk deposit.
36
3.4. Menggunakan gambar skala gambar masalah Skala pemecahan
Mengingat skala pada peta dan jarak dua kota pada peta disalin, siswa menentukan jarak yang sebenarnya. 37
Siswa memecahkan masalah proporsi langsung.
38
Siswa memecahkan masalah invers proporsional.
39
Mengingat cerita tentang pekerjaan konstruksi dengan bulan-bulan tertentu dan pekerja, siswa menentukan pekerja tambahan yang diperlukan agar pekerjaan dapat selesai lebih cepat.
Kumo no Ito (蜘蛛の糸) jaring laba-laba
Bagi yang suka nonton/baca komik kuroshitsuji (black butler) pasti pernah denger cerpen ini walaupun cuma dari percakapannya Ciel. Yups cerpen ini memberikan pengaruh besar dalam komik tersebut. Bisa dikatakan kalau cerpen ini yang melatarbelakangi komik kuroshitsuji tersebut. Nah bagi yang belum pernah baca cerpen aslinya dan masih penasaran, ini dia. Selamat membaca :)
Penulis : Ryūnosuke Akutagawa (芥川 龍之介)
Lahir : Tokyo, 1 Maret 1892
Meninggal : Tokyo, 24 Juli 1927 pada umur 35 tahun
Merupakan penulis novel pendek dan cerpen. Pada tahun 1935, Kan Kikuchi mengabadikan namanya untuk hadiah sastra Penghargaan Akutagawa.
karya lain : Imogayu, Yabu no Naka (Dalam Belukar ), Jigokuhen, dan Haguruma, Rōnen ,Rashōmon, Hana , Imogayu , Tabako to Akuma , Gesakuzanmai, Jigokuhen , Jashūmon , Majutsu , Mikan , Nankin no Kirisuto ,Butōkai , Aki , Toshishun , Aguni no Kami, Yabu no Naka , Torokko , Uogashi , Hina , Sōseki Sambō no Fuyu , Hitokure no Tsuchi , Ababababa , Daidōji Shinsuke no Hansei , Genkakusambō , Shuju no Kotoba.
Kumo no Ito
Pada suatu hari Sang Budha tengah berjalan-jalan sendirian di tepi kolam teratai di taman surga. Bunga-bunga teratai bermekaran di kolam itu, berwarna putih bagaikan mutiara dengan putik-putik bunga keemasan dan benang-benang sari di tengah-tengahnya yang menebarkan aroma wangi memenuhi udara.Saat itu hari masih pagi di surga. Sejenak Sang Budha berdiri di tepi kolam, melalui celah terbuka di antara dedaunan yang menutupi permukaan air tiba-tiba terpampang di hadapannya sebuah pemandangan menakjubkan.
Karena neraka terhampar di bawah kolam teratai surga, sungai bercabang tiga yang menuju kegelapan abadi dan puncak Gunung Jarum dapat terlihat melalui kristal permukaan air kolam, bagaikan sebuah teropong.
Lalu sepasang mata Sang Budha tertumbuk pada seorang lelaki bernama Kandata yang tengah berada di dasar neraka bersama para pendosa lainnya. Kandata semasa hidupnya adalah seorang perampok kelas berat yang telah banyak berbuat kejahatan; membunuh, membakar rumah-rumah dan hanya memiliki sebiji saja perbuatan baik. Suatu kali saat dia berjalan di tengah hutan belantara dilihatnya seekor laba-laba sedang merayap di tepi jalan. Dengan cepat ia mengangkat kakinya bermaksud hendak menginjak makhluk tak berdaya itu sampai lumat, namun tiba-tiba ia berpikir, ” Ah, tidak, tidak. Sekecil ini pun dia memiliki nyawa. Alangkah memalukannya bila aku membunuhnya tanpa alasan,” dan dia pun membiarkan laba-laba itu tetap hidup.
Ketika memandang ke neraka, Sang Budha teringat bagaimana Kandata telah menyelamatkan nyawa seekor laba-laba. Dan sebagai balasan atas perbuatan baiknya itu, dia ingin membantunya keluar dari neraka. Untunglah, saat Sang Budha menatap sekelilingnya, tampak seekor laba-laba surga sedang membuat sebuah sarang indah keperak-perakan yang terbentang di antara dedaunan bunga teratai.
Sang Budha dengan tenang mengambil seutas jaring laba-laba dengan tangannya. Dijatuhkannya benang tipis itu ke dasar neraka yang terhampar di antara bunga-bunga teratai yang berwarna seputih mutiara.
Kandata tengah terpuruk di dasar neraka bersama para pendosa lainnya.
Di sana gelap gulita menyelimuti sekeliling. Kalau pun ada yang berkilau-kilau dalam kegelapan, kilau itu berasal dari kemilau puncak Gunung Jarum yang menakutkan. Kesunyian mencekam di mana-mana. Satu-satunya yang terdengar hanyalah rintihan samar para pendosa. Mereka telah mengalami siksaan hebat di neraka sehingga tak mampu lagi menjerit dengan suara nyaring. Perampok ulung itu, Kandata, terbenam dalam genangan darah, tak bisa berbuat apa-apa selain berjuang agar tak tenggelam di kolam itu seperti seekor kodok sekarat.
Namun, saatnya telah tiba. Hari ini, ketika Kandata mengangkat kepalanya secara kebetulan dan menatap langit di atas Kolam Darah, ia melihat seutas jaring laba-laba berwarna keperakan menjulur ke arahnya dari arah surga yang tinggi, berkilat-kilat dalam kegelapan yang sepi dan sunyi, seolah-olah menakut-nakuti mata manusia.
Saat dia melihat benda itu, Kandata bertepuk kegirangan. Jika dia bisa bergantung pada jaring itu dan memanjat setinggi mungkin, maka dia akan bisa membebaskan diri dari neraka. Dan jika semuanya berjalan lancar, dia bahkan bisa mencapai surga. Itu berarti dia akan terbebas dari Gunung Jarum dan Kolam Darah.
Secepat pikiran itu melintas di benaknya, diraihnya jaring itu dan digenggamnya erat-erat dengan kedua tangannya. Ia mulai memanjat dengan segenap kemampuannya. Bagi seorang mantan perampok ulung, pekerjaan semacam itu bukanlah hal asing baginya.
Namun, tak seorang pun tahu berapa jauh jarak antara neraka dan surga. Walaupun dia telah berusaha sekuat tenaga, tidak mudah baginya untuk meloloskan diri. Setelah memanjat selama beberapa waktu akhirnya dia merasa kelelahan dan tak mampu beranjak lebih tinggi lagi, biar hanya sesenti sekalipun.
Dia berhenti memanjat dan beristirahat, bergantung pada jaring itu seraya memandang jauh ke bawah. Setelah memanjat setinggi itu Kolam Darah tampak tersembunyi di balik kegelapan dan Gunung Jarum hanya berpendar samar di bawahnya. Jika dia bisa memanjat lebih tinggi lagi, dia pasti akan terbebas dari neraka.
Dengan tangan tergantung pada jaring laba-laba, Kandata tertawa dan berteriak nyaring untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya dia terpuruk di tempat itu. ” Aku berhasil!” pekiknya.
Namun, saat tiba-tiba dia memandang ke bawah jaring itu dilihatnya para pendosa lainnya berduyun-duyun memanjat penuh semangat mengikuti jejaknya, naik dan terus naik, bagaikan upacara para semut. Saat melihat hal itu, Kandata terbelalak sejenak dengan mulut ternganga.
Bagaimana mungkin seutas jaring laba-laba yang tipis dapat menahan beban seberat itu, sementara untuk menahan beban tubuhnya sendiri pun benda itu nyaris putus? Jika jaring itu sampai putus, maka dia akan terjatuh kembali ke dasar neraka setelah berusaha keras hingga sejauh itu.
Namun, sementara itu, ratusan bahkan ribuan pendosa merayap naik dari kegelapan Kolam Darah dan memanjat sekuat tenaga. Jika dia tak melakukan sesuatu dengan segera, jaring itu pasti akan putus, pikirnya. Maka, Kandata menghardik mereka dengan suara lantang.
” Hei, kalian para pendosa! Jaring laba-laba ini milikku. Siapa yang memberi izin kalian naik? Turun! Ayo, turun!”
Tepat pada saat itu, seutas jaring tipis itu, yang sejauh ini tak menunjukkan tanda-tanda akan putus, tiba-tiba terputus tepat di titik Kandata tengah bergantung. Tanpa sempat menjerit, dia meluncur deras ke arah kegelapan, terus melayang, berputar dan berputar kencang.
Setelah semuanya usai, hanya sisa jaring laba-laba surga itu saja yang tampak bergoyang-goyang, berkilat-kilat, tergantung di langit tak berawan.
Berdiri di tepi kolam teratai di taman surga, Sang Budha menatap dari dekat semua kejadian tadi. Saat Kandata terpelanting bagaikan sebongkah batu ke dasar Kolam Darah, dia meninggalkan tempat itu dan berjalan perlahan dengan mimik sedih.
Tak diragukan lagi, hati dingin Kandata yang hanya ingin cari selamat sendiri dan kejatuhan orang itu kembali ke neraka, menyedihkan hati Sang Budha. Namun, bunga-bunga teratai di kolam surga tak ambil peduli pada semua yang baru saja terjadi. Bunga-bunga putih bak mutiara itu bergoyang-goyang di dekat kaki Sang Budha. Saat mereka bergoyang perlahan, dari putik bunga berwarna keemasan di tengah-tengahnya, meruap aroma wangi memenuhi udara.
Saat itu hari telah menjelang siang di surga
"Setiap orang memiliki kesempatan untuk keluar dari kegelapan dengan memanjat benang laba-laba yang menuju ke permukaan. Namun saat mereka sampai diatasnya, bersiaplah menjadi makanan dari laba-laba tersebut. mereka dalam kegelapan mempunyai 2 pilihan : hidup selamanya dalam kegelapan atau keluar dari kegelapan menuju kematian"
Kepemimpinan
Menurut teori Hindu Kuno yang terdapat dalam kitab "Subtance of Hindu Polity" yang disusun oleh Chandra Prakash Bhambari menyebutkan 6 syarat seorang Swamim atau raja yang dapat kita beri istilah atau nama : Sad Warnaning Rajaniti atau Sad Sasana yaitu 6 (enam) sifat utama dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang Raja yaitu :
a. Abhicanika, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu menarik perhatian positif rakyatnya.
b. Prajna, artinya seorang pemimpin atau raja harus bijaksana.
c. Utsaha, artinya seorang pemimpin atau raja harus memiliki daya kreatif yang benar.
d. Atma Sampad , yaitu seorang pemimpin harus bermoral yang luhur.
e. Sakya Samanta , artinya seorang pemimpin atau raja harus mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
f. Aksudra Parisatka, artinya seorang pemimpin atau raja harus mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
Panca Upaya Sandhi adalah lima macam upaya yang harus dimiliki dan dilakukan seorang pemimpin dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang menjadi tanggung-jawabnya atau dalam menghadapi kendala/musuh negara. Ajaran ini terdapat dalam prasasti Siwa Budhagama Tattwa yang memuat sebagai berikut :
a. Maya
Artinya seorang pemimpin harus melakukan upaya dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang belum jelas faktanya sehingga didapat informasi yang akurat (hal ini dapat lewat telik sandhi atau intelejen).
b. Upeksa
Artinya seorang pemimpin harus berusaha untuk meneliti dan menganalisa secara mendalam semua data-data/informasi yang diperoleh guna dapat memecahkan masalah secara proporsional dan menarik kesimpulan yang obyektif.
c. Indra Jala
Artinya seorang pemimpin hendaknya senantiasa berusaha untuk mencari jalan keluar/ pemecahan terhadap setiap permasalahan yang dihadapi secara maksimal dan berpihak kepada kepentingan rakyat.
d. Wikrama
Artinya seorang pemimpin hendaknya berupaya untuk melaksanakan semua usaha yang telah diprogramkan/dirumuskan untuk mencapai tujuan, yakni kesejahteraan lahir bathin.
e. Logika
Artinya setia tindakan dan ucapan seorang pemimpin harus dipertimbangkan sebelumnya secara akal sehat, ilmiah dan logis serta tidak boleh bertindak/berucap berdasarkan emosi semata.
Raja atau pimpinan harus memiliki suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini diumpamakan bagaikan memilih segunung bibit bunga yang akan ditanam dalam sebuah taman. Hendaknyalah dipilih bunga yang harum baunya, indah warnanya, yang tidak cepat layu serta mempunyai manfaat yang utama, memberikan kepuasan bagi yang melihat dan memakainya. Demikianlah seorang pemimpin dalam memilih pembantu-pembantunya hendaknya seperti memilih segunung bibit bunga tadi.
Adapun orang-orang yang patut dipilih sebagai pimpinan dan pembantu pimpinan adalah orang yang memenuhi 9 ketentuan yang disebut Nawa Natya yaitu sebagai berikut :
a. Pradnya Nidagda, yaitu bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu sehingga dengan demikian akan menjadi orang yang bijaksana serta teguh dalam pendiriannya.
b. Wira Sarwa Yudha, yaitu pemberani, pantang menyerah dalam segala peperangan atau pantang menyerah, dalam menghadapi berbagai tantangan.
c. Pramartha, yaitu memiliki sifat yang mulia dan luhur.
d. Dhirotsaha, yaitu tekun dan ulet dalam mensukseskan setiap pekerjaan.
e. Pragivakya, yaitu pandai berbicara di depan umum maupun berdiplomasi.
f. Sama Upaya, yaitu selalu setia pada janji yang pernah diucapkan.
g. Laghawangartha, yaitu tidak bersifat pamrih atau loba terhadap harta benda.
h. Wruh Ring Sarwa Bastra, yaitu pintar dan bijaksana dalam mengatasi segala kerusuhan yang terjadi.
i. Wiweka, yaitu dapat membeda-bedakan mana yang salah dan mana yang benar.